Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI PERKEBUNAN

Tindakan pengawetan tanah dan air ditujukan untuk lahan – lahan yang bertopografi miring atau berbukit dan lahan yang mempunyai curah hujan tinggi. Pengawetan tanah dan air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : Menanam dengan golongan tanaman leguminosa  atau yang dikenal LCC (legum cover crop). Mekanik. Pergiliran Tanaman. Kombinasi cara – cara tersebut. Cara – cara tersebut yang umumnya dikerjakan pada awal persiapan lahan sampai tanaman itu menghasilkan adalah cara mekanik. Meode mekanik dikerjakan dengan membuat bangunan pengontrol erosi yang terdiri dari : Teras. Rorak. Tanggul. Biopori. Pembuatan bangunan tersebut berfungsi, yaitu : Mengurangi  besarnya kecepatan dan jumlah yang mengalir di permukaan tanah. Meningkatkan agregat tanah. Memperbesar peresapan air ke dalam tanah. 1. Teras Pembuatan teras banyak di gunakan pada kemiringan tanah lebih dari 10 %. Untuk kemiringan 10 – 15 % bisa menerapkan teras tunggal/bangku, sedangkan lahan yang

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PELENGKAP DI PERKEBUNAN

A. Latar Belakang Ada beberapa faktor agar produktivitas tanaman pelengkap yang diusahakan di perkebunan meningkat, yaitu penggunaan bibit unggul, kesesuaian lahan dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, dan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi pemangkasan, penjarangan, pemupukan, dan perlindungan dari hama dan penyakit. Dari rangkaian usaha budidaya tanaman, masalah pengendalian hama dan penyakit yang kurang mendapat perhatian. Hama adalah semua binatang yang menimbulkan kerugian pada tanaman yang diusahakan seperti serangga, tikus, bajing, babi dan rusa. Sedangkan pengertian penyakit adalah kerusakan proses fisiologis tanaman yang berdampak pada abnormalnya aktivitas sel atau jaringan yang disebabkan oleh tekanan atau infeksi dari kondisi lingkungan atau mikroorganisme yang biasanya dapat dilihat dengan bantuan alat pembesar (mikroskop). Faktor utama yang menyebabkan hama dan penyakit dapat berkembang dengan baik, yaitu : Tanaman inang dalam jumlah yang cuk

MEMBUAT BIBIT KARET BATANG BAWAH

A. Pengadaan Biji Karet Usaha pengadaan biji karet untuk benih merupakan salah satu usaha langkah yang penting, oleh sebab itu kebutuhan biji harus dapat dijamin baik dalam kuantitas dan kualitasnya. Klon – klon yang dianjurkan untuk batang bawah yaitu biji klon GT1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Untuk menghindari kemungkinan biji dari klon lain terpungut, maka hanya biji dari areal tertentu saja yang dipungut. Langkah – langkah dalam pengumpulan biji, yaitu : Menentukan lokasi/blok yang akan diambil bijinya dengan tujuan agar kemurnian biji tetap terjaga. Membersihkan gulma baik secara manual maupun kimiawi, paling lambat satu bulan sebelum pengumpulan biji pendahuluan. Melakukan pungutan biji pendahuluan, sebelum biji karet berjatuhan. Pengumpulan biji pada satu areal harus dilakukan setiap dua hari sekali. Seleksi Biji Seleksi biji karet sangat diperlukan sebelum biji dikecambahkan, agar prosentase daya kecambah tinggi dan sesuai rencana kebutuhan bibit batang bawah. Ada be

APLIKASI PUPUK ORGANIK CARA BIOPORI

A. Latar Belakang Efektivitas dalam pengelolaan kesuburan tanah bukan dihasilkan dari kebiasaan – kebiasaan yang sering dikerjakan atau diterapkan, akan tetapi menyesuaikannya dengan masalah kesuburan yang sudah dan yang akan terjadi. Identifikasi masalah merupakan aspek terpenting dari fungsi perencanaan kesuburan tanah. Untuk mencapai produksi yang tinggi, tanaman membutuhkan faktor – faktor tumbuh yang optimum, yaitu tanah dan iklim. Kemampuan suatu lahan yang secara alami sanggup memberikan produksi yang tinggi dikatakan sebagai produktivitas lahan, sedangkan kemampuan tanah yang dapat menyediakan faktor – faktor tumbuh dalam kondisi yang optimum disebut sebagai kesuburan tanah. Pusat pengelolaan kesuburan tanah terletak pada pengaturan keseimbangan empat faktor penting, yaitu oksigen, air, unsur – unsur toksik, dan unsur hara. Keempat faktor tersebut tidak boleh bertindak sebagai faktor pembatas yang berlebihan tetapi harus dikaji dengan terpadu. Dengan demikian, pengelolaan ke

PERTUMBUHAN GENERATIF TANAMAN KOPI

A. Pembentukan Primordia Bunga Tanaman kopi berbunga majemuk (inflorensia) yang  tumbuh dari ketiak daun, dan merupakan hasil dari perkembangan mata tunas seri. Mata tunas seri dapat berkembang menjadi tunas vegetatif atau bunga, tergantung dari beberapa faktor, yaitu fotoperiodisitas, intensitas cahaya, temperatur dan kandungan air dalam tanaman serta C/N ratio tanaman. a. Fotoperiodisitas Tanaman kopi termasuk tanaman hari pendek (short day plant), yaitu tanaman akan membentuk primordia bunga bila siang hari lebih pendek dari malam hari. Artinya primordia akan terbentuk bilamana lama matahari bersinar kurang dari 12 jam, sebaliknya bila panjang hari lebih dari 14 jam, primordia bunga tidak terbentuk dan mengarah ke pertumbuhan vegetatif. Sedangkan di Indonesia karena terletak di daerah katulistiwa maka perbedaan hari pendek dan hari panjang tidak nampak jelas. b. Intensitas Cahaya Intensitas cahaya yang sedikit karena faktor naungan yang terlalu gelap atau cuaca selalu mendun

MEMBUAT BIBIT SAMBUNG KOPI

Sambungan adalah hasil gabungan antara batang bawah dan batang atas (entres) untuk memperoleh tanaman yang seragam, produksi tinggi dan daya tahan baik. Penyambungan memerlukan batang atas (onder stump) yang berasal dari biji (zailing) dan batang atas (entres). A. Batang Bawah Batang bawah (semaian) ditanam di pembibitan (bedengan tanah atau polybag) dengan jarak tanam 20 x 25 cm atau 20 x 30 cm. Batang bawah sebaiknya menggunakan semaian yang berasal dari semaian dari benih kopi klonal yang mempunyai sistem perakaran yang baik dan kuat. Batang bawah dapat disambung pada umur 10 – 12 bulan, atau besar batang kira – kira sebesar pencil (garis tengah 0,7 cm). B. Batang Atas Dikenal dua macam entres, yaitu entres pucuk (top-entres) dan entres cabang (tak-entres). Untuk penanaman digunakan entres pucuk yang berasal dari tunas – tunas air (wiwilan). Entres cabang, yaitu entres yang berasal dari cabang – cabang primer yang tumbuh plagiotropik, yang pada umumnya dipakai untuk rehabilit

MEMBUAT BIBIT KOPI ASAL BIJI

A. Bahan Bahan kopi dapat dibiakkan melalui dua cara, yaitu secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan sambungan (enting/grafting) dan stek (cutting). Untuk memperoleh tanaman yang bermutu dan produktif diperlukan persiapan yang baik terhadap bahan tanam tersebut.   B. Jenis –Jenis Kopi Anjuran Jenis-jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (hampir 95% dari luas areal pertanaman kopi) dan sebagian kecil adalah kopi arabica. Klon-klon kopi robusta yang dianjurkan untuk semaian skala besar adalah : BP 42 x BP 358 propelegitim dan sebaliknya BP 42 x SA 24 propelegitim dan sebaliknya BP 42 x SA 34 propelegitim dan sebaliknya Sedangkan untuk klonal  (bahan tanam berupa entres secara sambungan atau stek ) dalam skala besar ialah BP 42, BP 234, BP 254, BP 288, BP 358, BP 409 dan SA 237 dan untuk skala kecil ialah SA 13, SA 203, SA 333, MBL 304, Rob.BGN 300, Rob. BGN 371, Rob. BGN 372, BP 534 dan klon lokal. Benih untuk batang

MEMBUAT BIBIT SETEK KOPI

A. Pembuatan Media Pengakaran Setek Agar setek tumbuh dengan baik, tempat penyetekan perlu perhatian khusus. Hal-hal yang diperhatikan adalah : Lokasi harus dekat dengan sumber air dan lokasinya steril dari nematoda dan jamur-jamur  patogen. Ukuran bedengan (ukuran standart: L = 1,2 m, P = 10 m) atau disesuaikan dengan kondisinya. Arah bedengan utara selatan, diberi penahan bedengan bisa dari bambu atau bahan lainnya setinggi 20 cm. Tanah untuk media pengakaran harus digemburkan kurang lebih sedalam 25-30 cm dan dihaluskan, dibersihkan sisa-sisa akar, plastik atau batu dan lain-lain. Media perakaran adalah campuran dari tanah, pasir, pupuk kandang/kompos/tanah hutan dengan perbandingan 2 : 1 : 1 (kondisi tanah ringan) atau 1 : 1 : 1 (kondisi tanah berat), campuran media tersebut harus diayak. Bedengan diberi sungkup (kerudung) dengan ketinggian 50 - 75 cm dengan kerangka dari bambu atau bahan lainnya. Bisa juga dibuatkan naungan kolektif dengan ketinggian 2 m dari dasar tanah,

FUNGSI UNSUR HARA TANAMAN

A. Tujuan Pemupukan Di dalam prakteknya, cukup banyak di jumpai pemupukan – pemupukan yang tidak efektif. Walaupun jalan ke potensi produksi dan kualitas masih sangat panjang, tanaman sama sekali merespon terhadap pemupukan yang tidak efektif. Pemupukan yang efisien lebih jarang lagi terjadi, karena dipandang bukan hanya pencapaian hasil, akan tetapi juga perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dan pendapatan hasil yang biasanya diukur nilai ekonominya. Pemupukan yang efektif adalah memenuhi persyaratan secara kuantitatif dan kualitatif. Syarat kuantitatifnya adalah dosis pupuk yang akan diaplikasikan ke tanaman, sedangkan syarat kualitatifnya adalah : Unsur hara yang diaplikasikan dalam pemupukan sesuai dengan jumlah nutrisi yang ada. Waktu pemupukan dan penempatan pupuk yang tepat. Unsur hara yang berada pada waktu dan tempat yang tepat dapat terserap oleh tanaman. Unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya. Tujuan dari p

TEKNIK OKULASI BIBIT KARET

Okulasi bibit karet merupakan satu rangkaian usaha untuk memperoleh bahan tanaman yang baik dan merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan sejak dari seleksi biji dan pengecambahan. oleh karena itu bahan okulasi harus merupakan bahan yang baik dan telah teruji hasilnya. Untuk melaksanakan okulasi, diperlukan bahan okulasi yaitu batang bawah dan kayu entres. Batang bawah yang biasa dipakai sebagai anjuran yaitu dari klon GT1, LCB 1320, dan AVROS 2037. Di samping batang bawah yang telah dipersiapkan di pesemaian lapangan (field nursery), diperlukan kayu entres yang diambil dari kebun entres. Di kayu entres ini akan diperoleh mata okulasi (bud eyes) yang akan di okulasikan pada batang bawah. Pohon entres yang terpelihara dengan baik akan dapat menghasilkan 16 – 20 buah mata okulasi setiap meternya. A. Bahan dan Alat Okulasi pisau okulasi. Pembalut plastik untuk membalut jendela pada batang bawah. Batang pisang untuk meletakkan kayu entres. Lap untuk membersihkan pisau okulasi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGOMPOSAN

A. Pendahuluan Pupuk merupakan bahan organik maupun bahan anorganik yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman optimal atau mampu berproduksi dengan baik. Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik yang cenderung terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk organik yang berlebihan adalah penimbunan residu dalam tanah yang mengakibatkan daya dukung tanah terhadap tanaman semakin berkurang, kemudian akan mengurangi produktivitas lahan. Konsekuensi dari penggunaan pupuk yang tidak berimbang akan menyebabkan tanaman semakin rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Untuk menghadapi hama dan penyakit tanaman yang terus berkembang, maka penggunaan pestisida digunakan secara rutin untuk melindungi tanaman. Sehingga agar memperoleh produksi yang tinggi juga dibutuhkan biaya yang tinggi, seperti penggunaan pupuk anorganik dan pestisida dengan dosis tinggi.

PENGATURAN TANAMAN PELINDUNG KOPI

A. Pendahuluan Pohon penaung merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kopi yang memiliki implikasi kuat dengan kegiatan fisiologi tanaman, khususnya fotosintesis dan pembentukan bunga. Karena itu meskipun pohon penaung memberikan banyak mamfaat tetapi penggunaannya perlu pengaturan yang benar dan terencana dengan baik. Selama musim penghujan cuaca sering berawan  sehingga intensitas cahaya berkurang. Karena itu keberadaan mahkota pohon penaung kurang diperlukan. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan  tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung/penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendaki. B. Kebutuhan Pohon Pelindung Kebutuhan naungan tergantung pada

BEBERAPA TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN KOPI

A. Pendahuluan Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai sumber pendapatan bagi petani dan perkebunan besar. Sebagai penghasil devisa non migas, kopi menepati urutan keempat sesudah kayu, tekstil, dan karet. Perkopian juga  merupakan bidang usaha yang menyerap tenaga kerja, baik tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja musiman. Di Indonesia produksi kopi masih didominasi oleh kopi robusta yang memegang peranan lebih dari 90 persen, sedangkan pengelolaannya juga didominasi oleh kopi rakyat. Secara umum peningkatan produktivitas kopi masih mungkin dilakukan dengan berbagai masukan kultur teknik seperti penggunaan  klon unggul sebagai bahan tanam, peningkatan kerapatan tanam dan pengaturan naungan, pemupukan dan perbaikan sifat fisik tanah, serta pengendalian hama, penyakit dan gulma. Tanaman kopi robusta mempunyai sifat menyerbuk silang ( self sterile, heterozygous ), sehingga apabila diperbany

APLIKASI PUPUK POSFAT LEWAT DAUN

Mengupas tentang pupuk, kini seakan bukan zamannya lagi. Karena masalah ini sudah begitu melekat dengan petani sejak puluhan tahun silam, untuk melipatgandakan hasil tanaman di perkebunan – perkebunan besar. Namun demikian, kegagalan menyuburkan tanaman dengan penggunaan pupuk memang bukan berita baru. Kerap kali terdengar petani mengeluh melihat tanamannya tetap tumbuh kurus meskipun sudah dipaksa berbagai jenis pupuk. Biang keladi kegagalan ini adalah akibat salah pupuk atau cara aplikasinya yang kurang tepat. Seperti halnya unsur Nitrogen dan Kalium, maka Fosfor merupakan hara esensial bagi pertumbuhan tanaman meskipun di absorbsi dalam jumlah yang lebih kecil dari keduanya. Pupuk fosfor mempunyai sifat spesifik sehingga diperlukan cara – cara tertentu dalam penggunaannya. Pupuk fosfor yang banyak dipakai dalam dunia pertanian Indonesia adalah merupakan hasil asembling  batuan fosfat alam dengan asam fosfat. Asam fosfat merupakan hasil reaksi antara batuan fosfat alam dengan asam s

SELAYANG PANDANG PENYAKIT JAMUR UPAS

A. Jamur Upas, Si Benang Merah Yang Ganas Keberadaan cendawan/jamur upas ini tidak dianggap berbahaya karena memang daya rusak cendawan ini tidak segera tampak, artinya tanaman yang terjangkit penyakit ini masih mampu bertahan untuk beberapa lama walau akhirnya tanaman yang terserang akan mati juga. Karena dari sifatnya mematikan secara pelan – pelan ini maka cendawan ini lantas dikenal dengan nama sebagai jamur upas (red thread) alias penyakit benang merah. Penyebab penyakit jamur upas ini adalah cendawan Corticium salmonicolor atau ada juga yang menyebut Upasia salmonicolor. Cendawan parasit ini menghisap jaringan batang atau cabang tanaman serta merusak sistem pengiriman makanan dari dan ke daun. Penyakit ini menjadi masalah yang cukup serius di beberapa tanaman karet, teh, apel dan jeruk, karena akibat serangannya tanaman menjadi layu, daun rontok, batang/cabang akan mengering selanjutnya menyebabkan kematian pada bagian pohon tersebut. Cendawan ini berkembang biak dengan spora,

PENGENDALIAN GULMA DI PERKEBUNAN

A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI GULMA Gulma adalah tumbuh – tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki dan umumnya merugikan  dan belum diketahui mamfaatnya oleh manusia. Gulma dapat berupa tumbuhan berdaun lebar, rumput – rumputan, tumbuhan air maupun tumbuhan berbunga parasitik. Pada umumnya tumbuhan gulma cenderung mempunyai sifat – sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkan untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan pada usaha manusia. Ada bermcam – macam dasar penggolongan gulma, antara lain : a. Berdasarkan Morfologinya, Rumput – rumputan (grasses), yang masuk famili gramineae, untuk gulma di perkebunan, misalnya : alang –alang ( Imperata cylindrica ), pahitan ( Paspalum conjugatum ), jambe – jambean ( Setaria plicata ). Teki – tekian (sedges), termasuk famili cyperaseae, untuk di perkebunan, misalnya : teki udel ( Cyperus kylingia ), teki ( Cyperus rotundus ). Daun lebar (broad leaf), untuk gulma di perkebunan, misalnya : mekania

MENGENAL TANAMAN LEGUMINOSA

Tanaman leguminoseae adalah tanaman polongan – polongan dengan sistem perakaran yang mampu bersiombiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara. Hubungan keduanya dapat memfiksasi 100 kg/ha/th, tanaman kedelai dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara sebesar 20 – 200 kg/ha/th, sedangkan tanaman kacang kapri mampu mengikat nitrogen udara bebas sebanyak 400 – 500 kg/ha/th. Jumlah nitrogen bebas yang difiksasi oleh asosiasi legum sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanaman legum, kultivarnya, spesies dan strain bakterinya, serta kondisi pertumbuhannya terutama pH dan nitrogen dalam tanah. Sekedar mengingat pelajaran yang kita terima di bangku kuliah dulu, proses pembentukan bintil akar yaitu : Setelah terjadi kolonisasi pada akar oleh strain rhizobium yang cocok, proses infeksi dan nodulasi terjadi lebih kurang sebagai berikut : Deformasi (perubahan bentuk) bulu akar Pembentukan benang infeksi untuk transf