Langsung ke konten utama

APLIKASI PUPUK ORGANIK CARA BIOPORI

A. Latar Belakang
Efektivitas dalam pengelolaan kesuburan tanah bukan dihasilkan dari kebiasaan – kebiasaan yang sering dikerjakan atau diterapkan, akan tetapi menyesuaikannya dengan masalah kesuburan yang sudah dan yang akan terjadi. Identifikasi masalah merupakan aspek terpenting dari fungsi perencanaan kesuburan tanah. Untuk mencapai produksi yang tinggi, tanaman membutuhkan faktor – faktor tumbuh yang optimum, yaitu tanah dan iklim. Kemampuan suatu lahan yang secara alami sanggup memberikan produksi yang tinggi dikatakan sebagai produktivitas lahan, sedangkan kemampuan tanah yang dapat menyediakan faktor – faktor tumbuh dalam kondisi yang optimum disebut sebagai kesuburan tanah.
Pusat pengelolaan kesuburan tanah terletak pada pengaturan keseimbangan empat faktor penting, yaitu oksigen, air, unsur – unsur toksik, dan unsur hara. Keempat faktor tersebut tidak boleh bertindak sebagai faktor pembatas yang berlebihan tetapi harus dikaji dengan terpadu. Dengan demikian, pengelolaan kesuburan tanah harus mempunyai dasar atau prinsip bahwa faktor pembatas yang paling serius harus ditangani  paling dini. Tanah merupakan campuran antara padatan anorganik dan organik, air, udara, dan mikroorganisme. Semuanya berinteraksi satu dengan yang lainnya. Reaksi dari padatan mempengaruhi kualitas air dan udara, air dan udara melapukkan padatan, dan mikroorganisme mengkatalis beberapa reaksi.  Proses – proses yang terjadi di dalam tanah sebetulnya sangat kompleks, sehingga jauh sekali dari bayangan yang kita pikirkan. Hal ini yang menyebabkan kita sering kali kesulitan dalam mengidentifikasi masalah kesuburan tanah yang telah dan yang akan timbul.
Tanah – tanah pertanian terutama tanah perkebunan yang puluhan tahun di ekploitasi perlu dijaga kesuburannya yang memerlukan bahan organik yang sering diulang – diulang aplikasinya untuk menggantikan bahan organik yang telah berkurang akibat dari dekomposisi. Kandungan bahan organik tanah perlu dipertahankan jangan sampai di bawah 2 persen. Pupuk organik yang dapat digunakan seperti pupuk kimia adalah kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, limbah rumah tangga juga limbah hasil prosesing  pengolahan. Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan dengan bahan pembenah lainnya. Cara aplikasinya juga bermacam – macam mulai dengan cara larikan (parit kecil samping barisan tanaman sedalam 5 – 10 cm dengan panjang 1 – 1,2 m), penebaran secara merata di atas permukaan tanah, cara pop up (pupuk dimasukkan ke dalam lubang tanam sebagai pupuk dasar, cara coklak (tanah digali sedalam 20 cm, biasanya dikerjakan sebanyak 4 titik sekeliling tanaman), cara rorak/gondang – gandung  ( parit yang dibuat kedalaman 25 – 30 cm, lebar 25 – 30 cm, dengan panjang 1 – 1,2 m), cara rorak memanjang (parit yang dibuat memanjang di samping barisan tanaman dengan kedalaman 20 – 25 cm), atau juga dengan membuat lubang dengan diameter 60 cm sedalam 60 – 80 cm) yang biasa dikenal dengan nama biopori.

B. Aplikasi Pupuk Organik dengan Cara Biopori
Biopori merupakan lubang yang dibuat dengan manual atau makanik (traktor) yang berbentuk lingkaran dengan diameter tertentu yang kedalamannya 60 – 100 cm yang dibuat di samping tanaman atau sekitar tajuk tanaman. Pada prinsipnya hampir sama dengan cara rorak, yang bedanya rorak dibuat seperti parit berbentuk segi empat dengan arah horisontal sedangan biopori dibuat dengan melingkar dengan arah vertikal. Kedua cara ini termasuk pengawetan tanah yaitu untuk tempat penampungan bahan – bahan organik dengan harapan menjadi humus untuk tanaman dan sebagai media penyerapan air hujan.

Pembuatan
  • Lubang dibuat 2/3 dari titik tajuk tanaman atau 1/3 dari tajuk luar tanaman.
  • Lubang dibuat selindiris/melingkar dengan manual atau mekanik (traktor) secara vertikal. Ukuran diameter 60 cm, dalam 60 – 100 cm.
  • Lubang tanah yang telah dibuat diisi dengan pupuk organik (limbah biogas dalam bentuk cair, pupuk kandang sapi, kotoran kambing, kotoran ayam).
  • Agar pupuk organik yang telah di aplikasikan lebih cepat terurai dan mengurangi dampak negatif waktu proses pengomposan perlu ditambahkan dengan pupuk urea sebanyak 100  - 200 gr urea, starter mikroorganisme dan jamur Trichoderma sp. 

Mamfaat

  • Menambah kemampuan tanah meresapkan air.
  • Mencegah run off (aliran air di permukaan tanah).
  • Tempat pengomposan secara alami.
  • Meningkatkan struktur tanah sub soil.
  • Tabungan air untuk tanaman saat kemarau.
  • Kelembaban tanah akan selalu terjaga di sekitar tanaman.
  • Memacu pertumbuhan mikroorganisme atau biota tanah.
  • Membantu suplai unsur hara ke tanaman terutama unsur yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANGKASAN TANAMAN KOPI

Buah kopi terbentuk pada cabang-cabang lateral (primer atau sekunder), yang merupakan produk dari pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya pertumbuhan vegetatif juga dipengaruhi oleh pembuahan. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan  yang optimal antara pertumbuhan keduanya. Pada prinsipnya pemangkasan bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif kearah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Dengan kata lain mengatur tanaman kopi agar tidak hanya menghasilkan banyak cabang dan daun, tetapi juga banyak buahnya. Untuk itu pemangkasan hendaknya diarahkan pada, antara lain : Memperoleh cabang –  cabang buah yang baru secara kontinyu  dan dalam jumlah yang optimal. Mempermudah masuknya cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang pembentukan tanaman kopi. Memperlancar sirkulasi udara, guna mengintensifkan penyerbukan bunga. Membuang cabang –  cabang tua yang tidak/kurang produktif, agar zat hara dapat disalurkan bagi cabang –  cabang muda yang lebih produktif. Membuang

PENGATURAN TANAMAN PELINDUNG KOPI

A. Pendahuluan Pohon penaung merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kopi yang memiliki implikasi kuat dengan kegiatan fisiologi tanaman, khususnya fotosintesis dan pembentukan bunga. Karena itu meskipun pohon penaung memberikan banyak mamfaat tetapi penggunaannya perlu pengaturan yang benar dan terencana dengan baik. Selama musim penghujan cuaca sering berawan  sehingga intensitas cahaya berkurang. Karena itu keberadaan mahkota pohon penaung kurang diperlukan. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan  tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung/penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendaki. B. Kebutuhan Pohon Pelindung Kebutuhan naungan tergantung pada

MENGENAL TANAMAN LEGUMINOSA

Tanaman leguminoseae adalah tanaman polongan – polongan dengan sistem perakaran yang mampu bersiombiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara. Hubungan keduanya dapat memfiksasi 100 kg/ha/th, tanaman kedelai dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara sebesar 20 – 200 kg/ha/th, sedangkan tanaman kacang kapri mampu mengikat nitrogen udara bebas sebanyak 400 – 500 kg/ha/th. Jumlah nitrogen bebas yang difiksasi oleh asosiasi legum sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanaman legum, kultivarnya, spesies dan strain bakterinya, serta kondisi pertumbuhannya terutama pH dan nitrogen dalam tanah. Sekedar mengingat pelajaran yang kita terima di bangku kuliah dulu, proses pembentukan bintil akar yaitu : Setelah terjadi kolonisasi pada akar oleh strain rhizobium yang cocok, proses infeksi dan nodulasi terjadi lebih kurang sebagai berikut : Deformasi (perubahan bentuk) bulu akar Pembentukan benang infeksi untuk transf