Langsung ke konten utama

APLIKASI PUPUK POSFAT LEWAT DAUN

Mengupas tentang pupuk, kini seakan bukan zamannya lagi. Karena masalah ini sudah begitu melekat dengan petani sejak puluhan tahun silam, untuk melipatgandakan hasil tanaman di perkebunan – perkebunan besar. Namun demikian, kegagalan menyuburkan tanaman dengan penggunaan pupuk memang bukan berita baru. Kerap kali terdengar petani mengeluh melihat tanamannya tetap tumbuh kurus meskipun sudah dipaksa berbagai jenis pupuk. Biang keladi kegagalan ini adalah akibat salah pupuk atau cara aplikasinya yang kurang tepat.
Seperti halnya unsur Nitrogen dan Kalium, maka Fosfor merupakan hara esensial bagi pertumbuhan tanaman meskipun di absorbsi dalam jumlah yang lebih kecil dari keduanya. Pupuk fosfor mempunyai sifat spesifik sehingga diperlukan cara – cara tertentu dalam penggunaannya. Pupuk fosfor yang banyak dipakai dalam dunia pertanian Indonesia adalah merupakan hasil asembling  batuan fosfat alam dengan asam fosfat. Asam fosfat merupakan hasil reaksi antara batuan fosfat alam dengan asam sulfat yang diperoleh dari pengoksidasian  belerang.
Penambahan asam fosfat bertujuan agar fosfat tidak tersedia dalam dalam kandungan batuan fosfat alam untuk tanaman, menjadi mudah tersedia. Selain itu juga bertujuan untuk menaikkan kadar fosfat pupuk, angka semula berkisar dari 26 hingga 30 persen menjadi 46 persen P2O5 sampai mencapai tingkat asidulasi 100 persen. Pengasaman batuan fosfat alam sebenarnya tidak selalu diperlukan, apabila fosfat akan diberikan pada tanah yang bereaksi asam. Karena sifat kemasaman tanah dapat menggantikan asam fosfat dalam membantu menaikkan ketersediaan fosfat dari batuan fosfat alam bagi tanaman.
Pemupukan tanpa memperhatikan  sifat pertumbuhan tanaman, ciri – ciri dan sifat tanah serta pola iklim akan berakhir dengan kesia – siaan. Dengan demikian diperlukan sekali adanya kalibrasi kebutuhan akan hara mineral untuk lingkungan ekologi tertentu. Unsur hara fosfat diperlukan tanaman sepanjang pertumbuhannya, yakni untuk menjamin kelangsungan dan aktivitas jaringan meristem dan perkembangan primordia dari berbagai bagian – bagian reproduktif tanaman. Selain itu berperan dalam rangkaian proses fosforilasi untuk mengurangi energi aktivasi dari zat – zat  penghambat di dalam sel tanaman, sehingga memungkinkan semua reaksi kimia di dalam proses biologis berlangsung sempurna dan dipercepat.
Fosfat sebagai hara imobil dalam tanah, menyebabkan hara tersebut harus selalu berada dalam jangkauan serapan akar tanaman dengan kondisi tanah yang lembab, karena seluruh proses serapannya hanya terjadi dalam kondisi ada air. Banyaknya fosfat yang terserap tanaman berkaitan erat dengan jumlah dan aktivitas akar. Oleh karena itu, fosfat harus ada dalam jumlah yang relatif banyak jika tanaman belum berakar lebat. Ini dapat diatasi dengan memberikan seluruh jatah fosfat saat tanam, dengan konsekuensi efisiensi fosfat yang terserap tanaman hanya 8  hingga 13 persen, selebihnya akan diikat oleh koloid tanah.
Mengupas bahwa unsur fosfat dapat diberikan melalui daun, merupakan solusi dalam mengatasi dilema ini. Berdasarkan hasil dari penelitian, unsur fosfat yang disemprotkan bersama amonium ke daun telah memberikan hasil yang memuaskan pada tanaman apel. Di mana seluruh seluruh fosfat yang diberikan dapat diserap oleh tanaman. Keuntungan cara aplikasi ini antara lain :
  • Unsur fosfat lebih cepat diserap oleh tanaman sehingga hasilnya lebih cepat kelihatan menumbuhkan tunas baru atau kuncup bunga
  • Jumlah fosfat yang diberikan cukup 10 persen dari dosis anjuran pupuk dengan pemberian dua tahapan, di mana yang terakhir disemprotkan menjelang tanaman membentuk buah atau polong
Pemberian pupuk fosfat melalui daun, sangat diperlukan sejumlah ion amonium. Ion amonium dapat merangsang akumulasi secara aktif ion kalium, sehingga menyebabkan kenaikan turgor yang cukup besar untuk membuka stomata. Beberapa hasil penelitian telah menguatkan adanya pembentukan ion kalium dalam sel pengawal selama stomata terbuka akibat pemberian ion amonium, sehingga selaput sel  daun dapat di lewati unsur fosfat. Dengan demikian fosfat dapat di mamfaatkan seluruhnya oleh tanaman, sehingga tanaman akan tumbuh pesat dan membentuk perakaran yang lebat. Adanya morfologi akar yang demikian, menyebabkan tanaman akan mampu menyerap unsur fosfat yang terkubur dalam tanah yang berada dalam kondisi sedang sampai tinggi. Sehingga dapat diharapkan dapat menghemat dan menekan penggunaan fosfat yang berlebihan.
Agar memperoleh hasil yang maksimal, dalam pengaplikasiannya pupuk fosfat lewat daun ini perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
  • Dosis yang digunakan harus serendah mungkin, maksimal 10 persen dari dosis anjuran. Karena tanaman akan layu dan hangus, khususnya pada tanaman yang berdaun tipis.
  • Larutan disemprotkan dengan nozel yang cukup halus, tepai jangan sampai keluar seperti kabut.
  • Nozel sprayer jangan terlalu dekat ke daun agar supaya pendistribusian pupuk merata.
  • Jangan menyemprot tanaman yang sudah mulai berbunga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANGKASAN TANAMAN KOPI

Buah kopi terbentuk pada cabang-cabang lateral (primer atau sekunder), yang merupakan produk dari pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya pertumbuhan vegetatif juga dipengaruhi oleh pembuahan. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan  yang optimal antara pertumbuhan keduanya. Pada prinsipnya pemangkasan bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif kearah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Dengan kata lain mengatur tanaman kopi agar tidak hanya menghasilkan banyak cabang dan daun, tetapi juga banyak buahnya. Untuk itu pemangkasan hendaknya diarahkan pada, antara lain : Memperoleh cabang –  cabang buah yang baru secara kontinyu  dan dalam jumlah yang optimal. Mempermudah masuknya cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang pembentukan tanaman kopi. Memperlancar sirkulasi udara, guna mengintensifkan penyerbukan bunga. Membuang cabang –  cabang tua yang tidak/kurang produktif, agar zat hara dapat disalurkan bagi cabang –  cabang muda yang lebih produktif. Membuang

PENGATURAN TANAMAN PELINDUNG KOPI

A. Pendahuluan Pohon penaung merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kopi yang memiliki implikasi kuat dengan kegiatan fisiologi tanaman, khususnya fotosintesis dan pembentukan bunga. Karena itu meskipun pohon penaung memberikan banyak mamfaat tetapi penggunaannya perlu pengaturan yang benar dan terencana dengan baik. Selama musim penghujan cuaca sering berawan  sehingga intensitas cahaya berkurang. Karena itu keberadaan mahkota pohon penaung kurang diperlukan. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan  tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung/penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendaki. B. Kebutuhan Pohon Pelindung Kebutuhan naungan tergantung pada

BIOLOGI TANAMAN KOPI

A. AKAR Perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari berat akar terdapat pada lapisan tanah 0 – 30 cm, seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Distribusi Akar Kopi dalam Berbagai Lapisan Lapisan Tanah Berat Akar % Terdapat (cm) Rata-rata/ph (gr) Berat Total 0 - 30 195,86 94,13 30 - 60 10,54 5,07 60 - 90 1,45 0,69 90 - 120 0,11 0,05 Sumber : Mudrig Yahmadi, 1972. BPP Cabang Jember Oleh karena itu tanaman kopi peka terhadap kandungan organik, perlakuan tanah dan terhadap persaingan dengan rumput (gulma). Akar, berat akar, dan bagian – bagian pohon di atas tanah terdapat korelasi positip. Jadi makin baik pertumbuhan akar, makin baik pula pertumbuhan pohon di atas tanah (tabel 2). Tabel 2. Perbandingan Berat Akar dan Bagian Tanaman di Atas Tanah. Berat Akar (gr) Berat Bagian Tanaman di Atas Tanah (gr) 301 4571 400 6300 559 6600 Sumber : Mudrig Yahmadi, 1972. BPP Caban