Langsung ke konten utama

MEMBUAT BIBIT KOPI ASAL BIJI

A. Bahan Bahan
kopi dapat dibiakkan melalui dua cara, yaitu secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan sambungan (enting/grafting) dan stek (cutting). Untuk memperoleh tanaman yang bermutu dan produktif diperlukan persiapan yang baik terhadap bahan tanam tersebut.
 
B. Jenis –Jenis Kopi Anjuran
Jenis-jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (hampir 95% dari luas areal pertanaman kopi) dan sebagian kecil adalah kopi arabica. Klon-klon kopi robusta yang dianjurkan untuk semaian skala besar adalah :
  • BP 42 x BP 358 propelegitim dan sebaliknya
  • BP 42 x SA 24 propelegitim dan sebaliknya
  • BP 42 x SA 34 propelegitim dan sebaliknya
Sedangkan untuk klonal  (bahan tanam berupa entres secara sambungan atau stek ) dalam skala besar ialah BP 42, BP 234, BP 254, BP 288, BP 358, BP 409 dan SA 237 dan untuk skala kecil ialah SA 13, SA 203, SA 333, MBL 304, Rob.BGN 300, Rob. BGN 371, Rob. BGN 372, BP 534 dan klon lokal. Benih untuk batang bawah diambil dari  pohon klon BP 42, SA 109, dan Rob.BGN 124-01 illegitim.
 
C. Persiapan Benih
Untuk menyediakan sendiri benih kopi, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
 
a. Pembuatan Benih
Langkah ini meliputi pemilihan pohon induk, pemilihan buah, pengolahan benih dan pemilihan biji. Untuk memperoleh benih yang baik, maka harus diambil dari pohon yang baik dan sudah diketahui klon-klonnya
dengan pasti. Syarat –syarat  pohon induk yang baik adalah sebagai berikut :
  • umur tanaman kopi minimum delapan tahun
  • paling sedikit selama empat tahun berproduksi tinggi dan kontinu.
  • bebas dari serangan hama dan penyakit
  • bentuk tajuk baik dan percabangan kuat
Buah kopi dari pohon induk dipilih dengan syarat-syarat sebagai berikut :
  • buah tepat masak (full ripe)
  • ukuran buah sedang
  • bebas dari serangan hama dan penyakit
  • buah normal dan kulit tidak keriput
Buah kopi yang terpilih selanjutnya diolah menjadi benih dengan cara sebagai berikut :
  • kulit dan daging buah dibuang dengan tangan, kaki atau hand pulper (kulit tanduk jangan sampai rusak)
  • bersihkan biji dari lendir dengan memakai abu dapur lalu dicuci dengan air. Sampai tahap ini biji segar berkadar air kurang lebih 50% dan dapat langsung di deder.
  • bila biji tersebut dikeringkan dengan di angin-anginkan di tempat yang teduh selama 2-3 hari sehingga kadar air menjadi 28-35%, maka biji dapat disimpan terlebih dahulu selama kurang lebih 3 bulan dengan perlakuan khusus sebagai berikut :
  1. benih harus dijaga agar kadar airnya tidak cepat menurun (tidak boleh lebih rendah dari 28%).
  2. untuk mencegah serangan hama bubuk (Hypothenemus hampei) benih harus di desinfektasi dengan dengan fumigasi minyak terpentin dengan cara dihampar berlapis-lapis setebal 5 cm dan kain lap yang telah diberi minya k terpentin (1 cc/100 cm 2 ), lalu disimpan dalam peti rapat. Setelah 3 x 24 jam, biji dikeluarkan dan di angin-anginkan hingga bau minyak bau terpentin hilang, kemudian benih disimpan.
  3. cara menyimpan benih ialah dengan memasukkan ke dalam serbuk arang basah yang dimasukkan ke dalam karung goni dengan perbandingan 3 kg biji kopi : 1 kg serbuk arang : 150 cc air. Benih dalam karung kemudian disimpan di dalam ruangan gelap dan sejuk di atas rak yang di bawahnya diberi bak-bak air, sehingga kelembaban kurang lebih 90% dengan suhu 25 – 26 0 C. Dengan cara ini benih dapat tahan disimpan sampai 3 bulan dengan daya kecambah 70 – 80 %.
 
b. Pemilihan Biji
Syarat-syarat biji yang baik untuk benih adalah sebagai berikut :
  • biji tidak cacat
  • ukuran biji sedang
  • biji tidak keriput
  • biji tidak terserang hama dan penyakit
  • kadar air biji minimum 28 %
 
c. Perhitungan Kebutuhan Benih
  • misalnya rencana jarak tanam kopi adalah 2,75 x 2,75 m, berarti populasi tanaman per hektar sebesar 1.322 pohon.
  • benih akan mengalami resiko, yaitu sebesar kurang lebih 50% terdiri dari 10% terseleksi, 10% mati/hilang, 20% seleksi bibit dan 10% persediaan sulaman.
  • apabila dalam 1 kg benih kopi terdapat 3.000 butir, maka kebutuhan benih kopi per hektar = 150% X 1322 : 3000 = 0,66 kg.
 
D. Perbanyakan Generatif
Perbanyakan generatif adalah perbanyakan dengan menggunakan semaian (seedling), yaitu tanaman yang berasal biji. Perbanyakan generatif terdiri dua tahap yaitu :
  1. Pesemaian (pengecambahan/primary nursery)
  2. Pembibitan (secondary nursery)
 
a. Pesemaian
Pesemaian dimaksudkan untuk menumbuhkan kecambah yang nantinya digunakan sebagai bibit seedling (tanaman yang berasal dari tanpa disambung) atau sebagai batang bawah dari bibit sambungan. Syarat-syarat lahan pesemaian sebagai berikut :
  • Tanah subur, gembur, bebas nematoda dan cendawan akar.
  • Mempunyai draenase baik.
  • Dekat sumber air.
  • Topografi datar.
  • Dekat dengan lokasi pembibitan.
  • Di dalam pertanaman.
  • Mudah untuk melakukan pengawasan.
  • Terlindung dari gangguan hewan ternak.
Selanjutnya tahap-tahap pelaksanaan pembuatan pesemaian sebagai berikut :
  1. Pengolahan tanah
Tanah dicangkul sedalam kurang lebih 35 cm sambil dibersihkan dari rumput, akar-akar dan sisa-sisa tanaman. Tanah dihaluskan  dan diratakan. Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar maksimum 1,2 m sedangkan panjang disesuaikan dengan kebutuhan pengecambahan dan perawatan dan di antara bedengan diberi jalan selebar 60 cm. Pada permukaan bedengan diberi lapisan pasir setebal 5 cm dengan merata  dan diberi penahan dari papan atau bambu agar tidak longsor sedangkan arah bedengan memanjang ke utara-selatan.

2.   Pembuatan Naungan/Atap
Bedengan diberi atap sebagai naungan untuk melindungi kecambah dari dari terik matahari dan benturan curah hujan. Tinggi atap pada bagian timur sekitar 1,25 m dan pada bagian barat 1 m. Bahan atap terdiri dari daun tebu, alang-alang, daun kelapa dan lain-lain.

3.   Penanaman Benih
Sebelum benih ditanam, bedengan disiram secukupnya agar lapisan tanah dan pasir menjadi mantap. Benih disemaikan dengan permukaan benih yang datar di bawah, sehingga punggung benih terletak sedalam 0,5 cm  dari permukaan pasir. Jarak tanam benih 2,5 cm x 5 cm. Pada permukaan pasir diberi mulsa dengan maksud untuk menahan terkikisnya permukaan dari siraman di samping itu juga untuk menjaga kelembaban bedengan. Selanjutnya bedengan disiram setiap hari secukupnya, tetapi tidak boleh sampai air menggenang. Dalam waktu 5 – 6 minggu benih kopi telah tumbuh mencapai stadium serdadu, yaitu hypocotyl tegak lurus dengan ketinggian kurang lebih 8 cm dengan cotyledon masih terbungkus dalam sisa-sisa endosperm dan endocarp yang sudah retak. Kemudian pada umur 2,5 – 3 bulan mencapai stadium kepelan, dimana cotyledon telah terbuka. Pada stadium ini bibit harus dipindah ke pembibitan (secondary nursery). Pemindahan diusahakan tidak sampai merusak akar yaitu dengan alat solet bambu. Akar tunggang yang bengkok harus dipotong, agar pertumbuhan di pembibitan tidak terhambat, sedangkan kepelan yang rusak atau kerdil tidak dipakai.
   
b. Pembibitan
Pembibitan adalah merupakan tahap selanjutnya setelah pesemaian. Syarat-syarat lahan pembibitan adalah serupa dengan pesemaian, yaitu subur, tidak berbatu, banyak humus, dan lahan cukup datar.  Pembibitan dapat dilakukan pada dua macam tempat, yaitu :
  1. Pembibitan pada kantong plastik (polybag)
  2. Pembibitan pada bedengan tanah

1.  Pembibitan Pada Kantong Plastik (polybag)
Kantong plastik untuk pembibitan sebaiknya berwarna hitam. Ukuran kantong plastik 30 x 40 cm dengan tebal 0,2 mm yang diberi lubang – lubang (perforasi) sebanyak 30 buah (diameter lubang = 3 mm). Kantong plastik diisi tanah campuran  (top soil : pupuk kandang = 1 : 1 atau 2 : 1). Pengisian tanah sampai batas kurang lebih 2 cm dari atas kantong, lalu tanah dipadatkan sampai permukaan kantong rata (tidak kusut). Kantong plastik lalu disusun secara renggang dengan jarak 30 x 30 cm. Bedengan kantong plastik diberi atap sebagai naungan dengan intensitas penaungan 80 – 90 %.
Bibit kopi yang akan ditanam pada kantong plastik diseleksi terlebih dahulu dengan kriteria berdaun sepasang, tidak kerdil, sehat dan perakaran normal. Tanah di tugal terlebih dahulu dengan kayu sedalam  panjang akar bibit kopi. Bibit ditanam sampai batas sedikit di atas leher akar lalu tanah di sekitarnya dipadatkan dengan jari tangan. Kemudian permukaan tanah kantong plastik diberi mulsa dan disiram. Selanjutnya bedengan dipelihara yang meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian gulma. Penyiraman disesuaikan dengan kelembaban tanah dan keadaan cuaca. Penyiangan dan pendangiran dilakukan menurut kebutuhan, terutama menjelang pemupukan. Pemupukan dilakukan secara klocor, dosis dan waktu aplikasi sebagai berikut :
Tabel 1. Dosis Pupuk Urea untuk Bibit di Polybag
Umur Bibit Urea (gr/ph)
1 0,5
2 1,0
3 1,5
4 2,0
5 - 6 2,0
Pengendalian hama dilakukan terhadap kutu putih dan kutu hijau, baik secara manual maupun kimiawi dengan insektisida. Beberapa minggu sebelum pemindahan bibit ke pertanaman, naungan berangsur-angsur dikurangi untuk menyesuaikan dengan kondisi di pertanaman. Bibit dapat dipindahkan ke pertanaman setelah berumur 6 bulan di pembibitan, yaitu sebelum membentuk cabang primer.
 
2. Pembibitan Pada Bedengan Tanah
Tanah untuk pembibitan diolah sedalam 60 cm dan diusahakan bersih dari sisa-sisa akar. Dibuat bedengan selebar 1 – 1,2 m, tinggi bedengan 10 – 15 cm dan panjang disesuaikan dengan keadaan. Arah bedengan utara – selatan dengan jarak antar bedengan 60 cm. Bedengan diberi naungan dengan bahan alang-alang, glagah dan sebagainya atau dengan menanam pohon naungan (misalnya lamtoro) yang ditanam 1 – 2 tahun sebelumnya. Intensitas naungan 80 – 90%. Bibit stadium kepelan ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 20 x 25 cm atau 20 x 30 cm, bibit ditanam dengan cara menugal tanah sedalam 10 cm. Pemeliharaan serupa dengan pemeliharaan pada kantong plastik, dosis dan waktu pemupukan berbeda dengan pembibitan pada kantong plastik, yaitu :
Tabel 2. Jenis dan Dosis untuk Bibit di Bedengan Tanah
Umur (bln) Urea (gr/m2) TSP (gr/m2) KCl (gr/m2)
3 10 5 5
5 20 10 10
7 30 15 15
9 40 20 20
12 50 25 25
Seperti halnya pada bedengan kantong plastik, bibit dapat dipindahkan ke pertanaman setelah berumur minimal 6 bulan berada di pembibitan. Tetapi ada kalanya bibit harus ditahan lebih lama di pembibitan, karena saat penanaman belum tiba (menunggu musim penghujan). Untuk mencegah agar bibit tidak menjadi besar dan membentuk cabang, dapat dilakukan pemotongan daun dan penunggulan. Pemotongan daun dimulai saat bibit berdaun 3 – 4 pasang, yaitu dipotong 2/3 bagian. Selanjutnya daun – daun yang baru dipotong tiap 3 bulan sekali sampai saat bibit dipindahkan ke pertanaman. Untuk penunggulan (stumping) dilakukan sebelum 3 – 4 bulan dipindahkan ke pertanaman. Bibit dipotong miring pada ketinggian 30 – 40 cm, yaitu pada kayu berwarna coklat. Bila bibit akan disambung  (sebagai batang bawah), pemotongan daun tidak boleh dilakukan karena ruas-ruasnya akan terlalu pendek, sehingga menyulitkan penyambungan.



























Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANGKASAN TANAMAN KOPI

Buah kopi terbentuk pada cabang-cabang lateral (primer atau sekunder), yang merupakan produk dari pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya pertumbuhan vegetatif juga dipengaruhi oleh pembuahan. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan  yang optimal antara pertumbuhan keduanya. Pada prinsipnya pemangkasan bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif kearah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Dengan kata lain mengatur tanaman kopi agar tidak hanya menghasilkan banyak cabang dan daun, tetapi juga banyak buahnya. Untuk itu pemangkasan hendaknya diarahkan pada, antara lain : Memperoleh cabang –  cabang buah yang baru secara kontinyu  dan dalam jumlah yang optimal. Mempermudah masuknya cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang pembentukan tanaman kopi. Memperlancar sirkulasi udara, guna mengintensifkan penyerbukan bunga. Membuang cabang –  cabang tua yang tidak/kurang produktif, agar zat hara dapat disalurkan bagi cabang –  cabang muda yang lebih produktif. Membuang

PENGATURAN TANAMAN PELINDUNG KOPI

A. Pendahuluan Pohon penaung merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kopi yang memiliki implikasi kuat dengan kegiatan fisiologi tanaman, khususnya fotosintesis dan pembentukan bunga. Karena itu meskipun pohon penaung memberikan banyak mamfaat tetapi penggunaannya perlu pengaturan yang benar dan terencana dengan baik. Selama musim penghujan cuaca sering berawan  sehingga intensitas cahaya berkurang. Karena itu keberadaan mahkota pohon penaung kurang diperlukan. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan  tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung/penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendaki. B. Kebutuhan Pohon Pelindung Kebutuhan naungan tergantung pada

BIOLOGI TANAMAN KOPI

A. AKAR Perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari berat akar terdapat pada lapisan tanah 0 – 30 cm, seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Distribusi Akar Kopi dalam Berbagai Lapisan Lapisan Tanah Berat Akar % Terdapat (cm) Rata-rata/ph (gr) Berat Total 0 - 30 195,86 94,13 30 - 60 10,54 5,07 60 - 90 1,45 0,69 90 - 120 0,11 0,05 Sumber : Mudrig Yahmadi, 1972. BPP Cabang Jember Oleh karena itu tanaman kopi peka terhadap kandungan organik, perlakuan tanah dan terhadap persaingan dengan rumput (gulma). Akar, berat akar, dan bagian – bagian pohon di atas tanah terdapat korelasi positip. Jadi makin baik pertumbuhan akar, makin baik pula pertumbuhan pohon di atas tanah (tabel 2). Tabel 2. Perbandingan Berat Akar dan Bagian Tanaman di Atas Tanah. Berat Akar (gr) Berat Bagian Tanaman di Atas Tanah (gr) 301 4571 400 6300 559 6600 Sumber : Mudrig Yahmadi, 1972. BPP Caban