Langsung ke konten utama

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KOPI

A. Hama

Hama – hama penting yang diketahui banyak menyerang kopi, yaitu bubuk buah, penggerek cabang, kutu dompolan, kutu daun dan nematoda akar. Serangan hama tersebut dapat merusak bagian – bagian tanaman (batang, cabang, daun dan akar) sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan menurunkan produktivitas dan kualitas buah kopi. Karena serangan hama ini sangat merugikan produsen kopi, maka sangat dianjurkan melakukan usaha pencegahan antara lain dengan cara merawat tanaman kopi dengan baik dan melakukan teknologi pengendalian yang tepat termasuk melakukan penyemprotan dengan insektisida bila diperlukan atas dasar pengamatan.
JIka tanaman kopi sudah terserang hama, maka usaha pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis (memotong dan membuang bagian terserang), melalui perbaikan teknis budidaya, secara alami/biologis dengan parasit hama dan dengan memakai insektisida atau racun pembunuh hama serangga. Hama – hama tanaman kopi yang sangat merusak tanaman kopi, yaitu :
1. Bubuk Buah (Hypothenemus hampei)
  • Ordo            = Coleoptera
  • Famili         = Scolytidae
  • Nama lain = Stephanoderes hampei
Stadium yang merusak adalah stadium imago/dewasa/kumbang dan larva yang menggerek buah-buah kopi yang telah cukup keras. Telurnya diletakkan pada lubang gerekan, lamanya stadium telur antara 5 – 6 hari, larvanya berwarna putih dengan mulut coklat. Lama staium larva berkisar antara 10 – 12 hari, tetapi kadang-kadang hanya 8 hari. Pupa berwarna putih yang berukuran kurang lebih 1 mm, makin tinggi tempat di atas permukaan tanah makin lama stadium pupa. Pada ketinggian 1.200 m dpl, untuk perkembangan serangga dibutuhkan waktu lebih 33 hari. Kumbang betina berukuran panjang 1,7 mm dan lebar 0,7 mm sedangkan untuk kumbang jantan, panjangnya 1,2 mm lebar 0,6 mm. Tanaman inang hama bubuk buah, antara lain Tephrosia, Crotalaria, caesalphina  dan Leucaena glasia. Buah kopi yang biasanya diserang adalah buah yang sudah mengeras/agak tua (diameter lebih dari 5 mm), Sedangkan serangan pada buah yang masih muda akan menyebabkan pengguguran buah muda (gugur buah bisa mencapai 7 – 14 % dari produksi), disamping menggugurkan buah kopi juga dapat menurunkan kualitas (mutu) kopi dengan adanya biji kopi yang berlubang (serangan bisa mencapai 40 – 50% dari berat produksi kopi). Pengendalian hama bubuk buah bisa menggunakan beberapa cara teknik pengendaliaan, yaitu : 
a. Pengendalian oleh musuh alami,
diantaranya Prarops nasuta (parasit larva, predator), Heterospilus coffeicola (memakan telur, larva dan pupa), Spicaria javanica (parasit larva dan kumbang), Dindymus rubiginosus (predator kumbang), dan cendawan Beauveria bassiana (patogen yang menginfeksi larva dan kumbang).
b. Pemberantasan mekanis,
Melakukan racutan, dimana buah kopi dipetik bersih termasuk buah kopi muda yang biasanya dilakukan akhir panen pada bulan September – Oktober. Dibawah pohon dilakukan lelesan yaitu memungut semua buah, baik yang tercecer karena pemetikan maupun buah yang gugur karena terlalu masak. Disamping itu dilakukan pula petik bubuk, yaitu buah kopi yang berlubang karena gerekan hama bubuk dipetik kemudian direbus dalam air mendidih atau dikubur dalam tanah sedalam 0,5 m.
c. Secara budidaya,
Memperbaiki kondisi lingkungan agar tidak disukai hama bubuk, yaitu dengan mengurangi naungan atau memangkas pohon pelindung apabila terlalu rapat.
d. penggunaan insektisida,
Serangan hama bubuk buah kopi dapat dicegah dengan menggunakan insektisida endosultan, metidation dan sebagainya dengan dosis 2 – 3 ml/ltr. Namun pemakaian insektisida lebih sulit dan kurang menguntungkan, oleh karena itu perlu dipertimbangkan efesiensi dan efektifitasnya.

2. Penggerek Cabang Coklat dan Hitam (Xylosandrus morigerus dan Xylosandrus campactus)
  • Ordo   = Coleoptera
  • Famili = Pseudococcidae
Kumbang ini lebih menyukai cabang/ranting yang telah berumur 6 – 24 bulan pada tanaman dewasa. Akibat serangan hama ini, daun – daun yang berada pada cabang yang tergerek menjadi kering dan menyebabkan kematian pada cabang tersebut. Seekor kumbang betina dapat bertelur 15 – 50 butir telur yang diletakkan pada lubang – lubang gerekan. Stadium telur kurang dari 3 minggu, larvanya berwarna putih dan tidak bertungkai. Lubang gerekan berdiameter kurang lebih 1 mm, dan didalam empulur hama ini membuat rongga saluran (galleries) sepanjang kurang ebih 3 cm. Jumlah yang mati bisa mencapai 15%, dengan luas permukaan daun yang hilang bisa mencapai 10%, sedangkan kerugian bisa mencapai 20% dari produksi. Tanaman inang lainnya, yaitu : Crotalaria, Tephrosia, Coca, kelapa sawit, dan mahoni. Pengendalian hama penggerek cabang ini, bisa ditempuh dengan beberapa cara, yaitu :
a. Pengendalian oleh musuh alami,
Parasit dari hama ini adalah Tetrastichusxylebororum, sampai sekrang baru diketahui satu jenis parasit hama ini.
b. Secara mekanis,
Pemusnahan sumber-sumber infeksi, yaitu cabang-cabang yang terserang dipotong dan dibakar.
c. Secara budidaya,
Memperbaiki kondisi tanaman supaya sehat dan kuat, usaha ini bisa dikerjakan dengan cara pemupukan, pengolahan tanah, pengaturan naungan dan penyiangan.
d. Penggunaan insektisida,
Belum dianjurkan

3. Kutu Dompolan (Pseudococcus citri)
  • Ordo   = Homoptera
  • Famili = Pseudococcidae
Kutu ini menyerang bagian kuncup bunga dan buah muda serta bagian tanaman yang masih muda seperti daun dan cabang. Akibatnya buah-buah muda gugur, cabang/daun yang terserang menjadi kerdil. Biasanya serangan gama ini terjadi pada bulan musim kemarau dan menurun intensitas serangan menjelang musim penghujan. Stadium telur kutu ini berkisar antara 4 – 5 hari. Seekor kutu betina dapat bertelur sekitar 50 – 200 butir. Tanaman inang hama kutu ini adalah jeruk, karet, lamtoro, teh dan kina. Kutu dompolan mengeluarkan ekskresi yang mengandung gula, yang jatuh ke daun-daun kopi di bawahnya akan  ditumbuhi oleh cendawan jelaga. Termasuk juga ekskresi banyak dikunjungi semut, terutama gramang yang dapat mendorong pembiakan kutu. Pengendalian kutu dompolan bisa dilakukan beberapa cara, yaitu :
a. Pengendalian oleh musuh alami,
Parasit hama kutu dompolan antara lain Angyrus greeni dan Leptomastix abyssinica, sedangkan predatornya Scymnus apiciflavus dan Cryptololaemus mentrousieri.
b. Secara mekanis,
Membuang atau memotong bagian tanaman yang terserang hama, memberantas semut gramang, dan tidak menanam penutup tanah/pohon inang dari hama ini.
c. Penggunaan insektisida,
Insektisida yang dianjurkan adalah monocrotophos, kuinaltos, dicrotophes, dimetoat, fosfamiden, karbaril atau metidation dengan dosis 2 – 3 ml/ltr air.

4. Kutu Lamtoro (Ferrisia virgata)
  • Ordo = Homoptera
  • Famili = Pseudococcidae
Kerusakan akibat hama kutu lamtoro hampir sama dengan serangan hama kutu dompolan. Seekor kutu betina dapat bertelur 300 – 400 butir. Tanaman inang kutu lamtoro lainnya : lamtoro, karet, dadap, sengon dan kakao. Kutu lamtoro juga mengeluarkan ekskresi yang mengandung gula. Teknik pengendaliannya hampir sama dengan kutu dompolan.

5. Kutu Tempurung Hijau (Coccus viridis)
  • Ordo = Homoptera
  • Famili = coccidae
Kutu ini menyerang tanaman kopi pada bagian daun atau ranting yang masih berwarna hijau dan tinggal pada permukaan bawah daun, terutama pada tulang daun. Akibat serangan kutu ini daun menjadi kuning dan mengering. Seekor kutu betina dapat bertelur 50 – 600 butir. Kutu dewasa dapat mengeluarkan cairan madu yang disenangi semut. Cara pengendalian kutu tempurung hijau dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :
a. Pengendalian dengan musuh alami,
Patogen dari kutu ini adalah cendawan Cephalosporrium lecanii, Empusa lecanii dan Septobasidium bogoriense, golongan parasit Coccophagus bogoriensis, sedangkan golongan predator yaotu Coccinella melanophtalmus.
b. Penggunaan insektisida,
Insektida yang dianjurkan adalah kuinalpos, karbonil dengan dosis 2 – 3 ml/ltr air.

B. Penyakit
Ada empat penyakit penting yang menyerang tanaman kopi, yaitu penyakit karat daun, penyakit jamur upas, penyakit cendawan akar coklat dan penyakit bercak daun coklat. Penyakit tersebut menyerang daun atau akar tanaman kopi. Penggunaan fungisida untuk memberantas penyakit tanaman kopi sebaiknya  merupakan pilihan terakhir karena harganya cukup mahal dan sulit penggunaannya.
1. Penyakit Karat Daun
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix, penyakit ini menyerang daun kopi, terutama kopi arabica. Kopi robusta tahan terhadap penyakit ini. Gejala penyakit karat daun yaitu bercak berwarna kuning muda pada daun. Penyakit ini adalah parasit obligat yaitu hanya hidup pada genus Coffea. Penyakit ini menyebar melalui sporanya dengan perantara air hujan, dan menginfeksi melalui stomata dengan masa inkubasi kurang lebih tiga minggu, semakin temperatur semakin cepat masa inkubasinya. Teknik pengendalian penyakit karat daun ini bisa ditempuh dengan beberapa cara, yaitu :
a. Menanam tanaman kopi yang lebih resisten, misalnya S.288 dan S.333
b. Mengusahakan agar tanaman tumbuh dengan baik dan jangan dibiarkan tanaman kopi berbuah terlalu lebat
c. Disemprot dengan fungisida, bubur bordeux, copper oksida, mankozeb dan lain sebagainya.

2. Penyakit Jamur Upas
Penyebab penyakit ini adalah Corticium salmonicolor, cendawan ini menyerang bagian bawah cabang, ranting atau bagian dalam percabangan. Pada tingkat serangan awal, terlihat miselium  tipis, mengkilat seperti sarang laba-laba dibagian yang terserang. Pada serangan lebih lanjut bagian yang terserang akan mengering, dan cendawan jamur upas berwarna menjadi kekuning-kuningan. Pengendalian jamur ini adalah :
a. Memotong bagian cabang atau ranting yang terserang.
b. Melakukan pengamatan tanaman inang sekitarnya, yaitu pohon lamtoro, Tephrosia sp.
c. Mengurangi kelembaban, dengan mengatur naungan.

3. Penyakit Cendawan Akar Coklat
Penyakit ini disebabkan cendawan Phellinus lamaensis, gejala yang terserang penyakit ini yaitu daun kehilangan turgor, menguning, layu, dan kemudian gugur. Cendawan ini menyerang akar tunggang, sehingga pembuluh tersumbat dan tanaman menjadi layu. Tanaman yang mati karena terserang penyakit ini sebelum diadakan penyulaman, sisa-sisa akar harus dibersihkan dan dibakar. Pengendalian cendawan akar coklat adalah :
a. Tanaman yang sakit/mati harus dibongkar sampai ke akar-akarnya dan dibakar.
b. Membuat got isolasi yang dekat dengan pohon yang terserang
c. Menggunakan bahan fungisida, yaitu shell collar protectant dan calixin cp

4. Penyakit Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora coffeicola, cendawan ini menyerang daun dan mematikan sel-sel yang ada disekitarnya. Penyakit ini baru menimbuklkan kerusakan yang berarti apabila menyerang buah kopi. Gejala penyakit ini ialah bercak berwarna coklat dengan berwarna putih dipusatnya. Bercak berbentuk lingkaran konsentris dengan batas yang tegas berarwana coklat kemerah-merahan. Pengendalian jamur ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengurangi kelembaban
b. Memotong bagian-bagian yang terserang/sakit
c. penyemprotan dengan fungsisida (benomil, mankozeb)
d. Apbila menyerang buah kopi, sebaiknya mengatur pohon penaung setepat-tepanya.

C. Nematoda
Ada dua jenis yang banyak menyerang tanaman kopi, yaitu Pratylenchus coffeae, dan Radopholus similis. Nematoda merusak akar bibit dan tanaman dewasa, sehingga akar serabut busuk/mati, pertumbuhan tanaman terhambat, daun-daun kuning dan cabang-cabang pada bagian mati. Nematoda termasuk polyphage (memakan banyak jenis tanaman) contoh wedusan (Ageratum sp), mimosa, flemingia dan lain sebagainya. Pengendalian nematoda ini adalah :
a. Penglaparan, kopi yang sakit dibongkar dan dibiarkan selama dua tahun
b. Pemupukan, yaitu menambah pupuk NP dengan harapan mendorong regenerasi dari akar-akar yang rusak.
c. Menggunakan batang yang resisten (SA 109, Rob.Bgn 124-01.
d. Penggunaan nematisida (dazomet 98%, )


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANGKASAN TANAMAN KOPI

Buah kopi terbentuk pada cabang-cabang lateral (primer atau sekunder), yang merupakan produk dari pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya pertumbuhan vegetatif juga dipengaruhi oleh pembuahan. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan  yang optimal antara pertumbuhan keduanya. Pada prinsipnya pemangkasan bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif kearah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Dengan kata lain mengatur tanaman kopi agar tidak hanya menghasilkan banyak cabang dan daun, tetapi juga banyak buahnya. Untuk itu pemangkasan hendaknya diarahkan pada, antara lain : Memperoleh cabang –  cabang buah yang baru secara kontinyu  dan dalam jumlah yang optimal. Mempermudah masuknya cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang pembentukan tanaman kopi. Memperlancar sirkulasi udara, guna mengintensifkan penyerbukan bunga. Membuang cabang –  cabang tua yang tidak/kurang produktif, agar zat hara dapat disalurkan bagi cabang –  cabang muda yang lebih produktif. Membuang

PENGATURAN TANAMAN PELINDUNG KOPI

A. Pendahuluan Pohon penaung merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kopi yang memiliki implikasi kuat dengan kegiatan fisiologi tanaman, khususnya fotosintesis dan pembentukan bunga. Karena itu meskipun pohon penaung memberikan banyak mamfaat tetapi penggunaannya perlu pengaturan yang benar dan terencana dengan baik. Selama musim penghujan cuaca sering berawan  sehingga intensitas cahaya berkurang. Karena itu keberadaan mahkota pohon penaung kurang diperlukan. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan  tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung/penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendaki. B. Kebutuhan Pohon Pelindung Kebutuhan naungan tergantung pada

MENGENAL TANAMAN LEGUMINOSA

Tanaman leguminoseae adalah tanaman polongan – polongan dengan sistem perakaran yang mampu bersiombiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara. Hubungan keduanya dapat memfiksasi 100 kg/ha/th, tanaman kedelai dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara sebesar 20 – 200 kg/ha/th, sedangkan tanaman kacang kapri mampu mengikat nitrogen udara bebas sebanyak 400 – 500 kg/ha/th. Jumlah nitrogen bebas yang difiksasi oleh asosiasi legum sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanaman legum, kultivarnya, spesies dan strain bakterinya, serta kondisi pertumbuhannya terutama pH dan nitrogen dalam tanah. Sekedar mengingat pelajaran yang kita terima di bangku kuliah dulu, proses pembentukan bintil akar yaitu : Setelah terjadi kolonisasi pada akar oleh strain rhizobium yang cocok, proses infeksi dan nodulasi terjadi lebih kurang sebagai berikut : Deformasi (perubahan bentuk) bulu akar Pembentukan benang infeksi untuk transf