Langsung ke konten utama

PUPUK MAJEMUK (COMPOUND)

Pupuk majemuk (compound) dibuat untuk memudahkan pelaksanaan pemupukan. Pupuk majemuk terdiri atas dua atau tiga unsur hara. Dan saat ini, penggunaannya sudah sangat luas. Kendati harganya lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Efisiensi aplikasinya pupuk majemuk juga lebih tinggi daripada aplikasi pada pupuk tunggal.
Mencampur dua macam pupuk mudah dikerjakan, akan tetapi tidak ada jaminan bahwa setiap pupuk tersebut benar – benar telah menjadi satu. Ini berarti bahwa setiap bagian pupuk yang telah dicampur harus terdiri atas dua bagian penyusunnya. Pupuk majemuk yang mempunyai butiran ukuran yang sama, diproses oleh mesin pengaduk yang baik, dan sudah ada jaminan bahwa tiap butir pupuk itu kadar NP atau K-nya sama.

Membuat Pupuk Majemuk Bahan Baku Pupuk Tunggal
Misalnya kita akan membuat pupuk majemuk dengan komposisi 5 – 10 – 15, sedangkan pupuk tunggal yang tersedia adalah :
  • Urea dengan kadar 45 % N
  • SP-36 dengan kadar 36 % P2O5
  • KCl dengan kadar 45 % K2O
Pupuk yang akan dibuat sebanyak 200 kg majemuk, maka pencampurannya terdiri atas :
  • N yang dibutuhkan       = (5  x 200) : 45  = 22,22 kg Urea
  • P2O5 yang dibutuhkan  = (10 x 200) : 36 = 55,55 kg SP-36
  • K2O yang dibutuhkan   = (15 x 200) : 45 = 66,66 kg KCl
Jumlah campuran                                            = 144,43 kg
Sisa                                                                =   55,57 kg (terdiri atas bahan pengisi)
Jumlah total                                                     = 200,00 kg
Bahan yang yang digunakan untuk melengkapi hingga 200 kg dapat terdiri atas tanah liat yang dihaluskan dan bahan lain-lainnya. Namun, perhitungan  pupuk majemuk secara sederhana tersebut di atas, agar tidak terurai kembali, maka pupuk majemuk ini hendaknya dibentuk dalam butiran – butiran yang hanya dapat dibuat dalam pabrik.

Sumber Pustaka :
1. Rismunandar, (1990). Pengetahuan Dasar Tentang Pemupukan. Sinar Baru, Bandung.
2. Ir. Novisan, (2007). Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.
3. Ir. Henry K. Indranada, (1986). Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANGKASAN TANAMAN KOPI

Buah kopi terbentuk pada cabang-cabang lateral (primer atau sekunder), yang merupakan produk dari pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya pertumbuhan vegetatif juga dipengaruhi oleh pembuahan. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan  yang optimal antara pertumbuhan keduanya. Pada prinsipnya pemangkasan bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif kearah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Dengan kata lain mengatur tanaman kopi agar tidak hanya menghasilkan banyak cabang dan daun, tetapi juga banyak buahnya. Untuk itu pemangkasan hendaknya diarahkan pada, antara lain : Memperoleh cabang –  cabang buah yang baru secara kontinyu  dan dalam jumlah yang optimal. Mempermudah masuknya cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang pembentukan tanaman kopi. Memperlancar sirkulasi udara, guna mengintensifkan penyerbukan bunga. Membuang cabang –  cabang tua yang tidak/kurang produktif, agar zat hara dapat disalurkan bagi cabang –  cabang muda yang lebih produktif. Membuang

PENGATURAN TANAMAN PELINDUNG KOPI

A. Pendahuluan Pohon penaung merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kopi yang memiliki implikasi kuat dengan kegiatan fisiologi tanaman, khususnya fotosintesis dan pembentukan bunga. Karena itu meskipun pohon penaung memberikan banyak mamfaat tetapi penggunaannya perlu pengaturan yang benar dan terencana dengan baik. Selama musim penghujan cuaca sering berawan  sehingga intensitas cahaya berkurang. Karena itu keberadaan mahkota pohon penaung kurang diperlukan. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan  tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung/penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendaki. B. Kebutuhan Pohon Pelindung Kebutuhan naungan tergantung pada

MENGENAL TANAMAN LEGUMINOSA

Tanaman leguminoseae adalah tanaman polongan – polongan dengan sistem perakaran yang mampu bersiombiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara. Hubungan keduanya dapat memfiksasi 100 kg/ha/th, tanaman kedelai dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara sebesar 20 – 200 kg/ha/th, sedangkan tanaman kacang kapri mampu mengikat nitrogen udara bebas sebanyak 400 – 500 kg/ha/th. Jumlah nitrogen bebas yang difiksasi oleh asosiasi legum sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanaman legum, kultivarnya, spesies dan strain bakterinya, serta kondisi pertumbuhannya terutama pH dan nitrogen dalam tanah. Sekedar mengingat pelajaran yang kita terima di bangku kuliah dulu, proses pembentukan bintil akar yaitu : Setelah terjadi kolonisasi pada akar oleh strain rhizobium yang cocok, proses infeksi dan nodulasi terjadi lebih kurang sebagai berikut : Deformasi (perubahan bentuk) bulu akar Pembentukan benang infeksi untuk transf