Langsung ke konten utama

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PELENGKAP DI PERKEBUNAN

A. Latar Belakang
Ada beberapa faktor agar produktivitas tanaman pelengkap yang diusahakan di perkebunan meningkat, yaitu penggunaan bibit unggul, kesesuaian lahan dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, dan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi pemangkasan, penjarangan, pemupukan, dan perlindungan dari hama dan penyakit. Dari rangkaian usaha budidaya tanaman, masalah pengendalian hama dan penyakit yang kurang mendapat perhatian.
Hama adalah semua binatang yang menimbulkan kerugian pada tanaman yang diusahakan seperti serangga, tikus, bajing, babi dan rusa. Sedangkan pengertian penyakit adalah kerusakan proses fisiologis tanaman yang berdampak pada abnormalnya aktivitas sel atau jaringan yang disebabkan oleh tekanan atau infeksi dari kondisi lingkungan atau mikroorganisme yang biasanya dapat dilihat dengan bantuan alat pembesar (mikroskop).
Faktor utama yang menyebabkan hama dan penyakit dapat berkembang dengan baik, yaitu :
  • Tanaman inang dalam jumlah yang cukup.
  • Kondisi lingkungan yang sesuai dengan untuk perkembangan hama dan penyakit.
  • Keberadaan hama dan penyakit yang agresif melakukan infeksi.
  • Manusia sebagai pengelola tanaman.
   
B. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tujuan dari pengendalian adalah untuk mempertahankan produksi yang  tinggi, mantap dan berkesinambungan. Pengendalian hama dan penyakit dapat berupa pengendalian pencegahan (preventif) dan Pemberantasan (eradikasi). Beberapa hama dan penyakit yang biasa mengganggu tanaman pelengkap perkebunan seperti tanaman sengon, jabon dan gmelina, yaitu :
a. Tanaman Sengon
Hama
1. Ulat kantong (Pteroma plagiophels)
  • Pengendalian secara biologis, yaitu menggunakan jamur Beauveria bassiana (25 gr/ltr air).
  • Menggunakan insektisida nabati yaitu perasan biji mahoni 150 gr/liter air.
  • Menggunakan insektisida, yaitu berbahan aktif imidakloprid (Confidor).
2. Penggerek batang (Xystrocera festiva)
  • Pengendalian secara biologis menggunakan jamur Beauveria bassinana (25 gr/ltr).
Penyakit
1. Karat Tumor (Uromycladium          tepperianum)
  • pengendalian dengan bahan belerang, kapur, garam dengan perbandingan =  belerang : kapur : garam = 10 : 10 : 1. dengan cara disemprotkan atau dilabur.
2. Busuk akar (Fomes sp dan Schizophillum sp )
  • Pengendalian secara biologis dengan menggunakan jamur Trychoderma sp.
  • Pengendalian secara fungisida dengan menggunakan bahan aktif triadimefon (Bayleton).

b. Jabon
Hama
1. Pemakan daun (Arthochista hilaralis)
  • Menggunakan insektisida berbahan aktif BPMC dan imidakloprid.
2. Hama penggerek akar (lundi/uret)
  • Menggunakan jamur Metarrhizium sp.

Penyakit
1. Bercak daun (Cercospora pestalotia)
  • Menggunakan fungisida berbahan aktif benomil dan belerang.
2. Penyakit embun tepung (Oidium sp)
  • Dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif benomil.

c. Gmelina
hama
1. Hama kepik renda
  • Dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif imidakloprid.
2. Kutu putih
  • Dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif metidation.
3. Penggerek batang
  • Dikendalikan dengan jamur Beaauveria bassiana dengan dosis 25 gr/ltr air.
Penyakit
1. Penyakit busuk leher akar (Rhizoctonia solani)
  • Dikendalikan dengan jamur Trychoderma sp.
2. Penyakit bercak daun (Cercospora sp)
  • Menggunakan fungisida berbahan aktif benomil.

Sumber Pustaka :
1. Dra. IIIa Anggraeni (2012). Hama dan Penyakit Tanaman Hutan dan Sistem Pengendaliannya. Gelar Teknologi Hasil Penelitian, Bondowoso.
2. George N. Agrios (1996). Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
3. Dr. L.G.E Kalshoven (1981). Pests Of Crops In Indonesia. P.T. Ichtiar Baru, Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMANGKASAN TANAMAN KOPI

Buah kopi terbentuk pada cabang-cabang lateral (primer atau sekunder), yang merupakan produk dari pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya pertumbuhan vegetatif juga dipengaruhi oleh pembuahan. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan  yang optimal antara pertumbuhan keduanya. Pada prinsipnya pemangkasan bertujuan untuk mengatur pertumbuhan vegetatif kearah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Dengan kata lain mengatur tanaman kopi agar tidak hanya menghasilkan banyak cabang dan daun, tetapi juga banyak buahnya. Untuk itu pemangkasan hendaknya diarahkan pada, antara lain : Memperoleh cabang –  cabang buah yang baru secara kontinyu  dan dalam jumlah yang optimal. Mempermudah masuknya cahaya ke dalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang pembentukan tanaman kopi. Memperlancar sirkulasi udara, guna mengintensifkan penyerbukan bunga. Membuang cabang –  cabang tua yang tidak/kurang produktif, agar zat hara dapat disalurkan bagi cabang –  cabang muda yang lebih produktif. Membuang

PENGATURAN TANAMAN PELINDUNG KOPI

A. Pendahuluan Pohon penaung merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kopi yang memiliki implikasi kuat dengan kegiatan fisiologi tanaman, khususnya fotosintesis dan pembentukan bunga. Karena itu meskipun pohon penaung memberikan banyak mamfaat tetapi penggunaannya perlu pengaturan yang benar dan terencana dengan baik. Selama musim penghujan cuaca sering berawan  sehingga intensitas cahaya berkurang. Karena itu keberadaan mahkota pohon penaung kurang diperlukan. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan  tidak menjadi teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung/penaung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendaki. B. Kebutuhan Pohon Pelindung Kebutuhan naungan tergantung pada

MENGENAL TANAMAN LEGUMINOSA

Tanaman leguminoseae adalah tanaman polongan – polongan dengan sistem perakaran yang mampu bersiombiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen dari udara. Hubungan keduanya dapat memfiksasi 100 kg/ha/th, tanaman kedelai dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara sebesar 20 – 200 kg/ha/th, sedangkan tanaman kacang kapri mampu mengikat nitrogen udara bebas sebanyak 400 – 500 kg/ha/th. Jumlah nitrogen bebas yang difiksasi oleh asosiasi legum sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanaman legum, kultivarnya, spesies dan strain bakterinya, serta kondisi pertumbuhannya terutama pH dan nitrogen dalam tanah. Sekedar mengingat pelajaran yang kita terima di bangku kuliah dulu, proses pembentukan bintil akar yaitu : Setelah terjadi kolonisasi pada akar oleh strain rhizobium yang cocok, proses infeksi dan nodulasi terjadi lebih kurang sebagai berikut : Deformasi (perubahan bentuk) bulu akar Pembentukan benang infeksi untuk transf